Saya teringat seorang kawan yang pernah mengeluhkan soal cuti paksa ini. Dulu kantornya memberikan “hadiah” bagi yang tidak mengambil cuti selama beberapa tahun (3 atau 5 tahun persisnya saya lupa). Dan hadirnya kebiasaan cuti paksa ini tepat beberapa hari sebelum masa dimana dia harusnya mendapatkan “hadiah” itu.
Cuti paksa ini dulu kalau tidak salah muncul banyaknya PN dan PNS yang membolos disekitar libur besar. Yang ketiban sial adalah para pegawai swasta yang tidak pernah mengambil cuti, seperti saya ini.
Mengapa kami tidak dibiarkan mengatur cuti kami sendiri ?
Mengapa tidak memperketat peraturan saja ? Dan bukannya dengan banyaknya yang mungkir juga bisa menjadi petunjuk kalau pekerjaan mereka juga mungkin masih kurang sibuk. Mungkin ini juga saat yang tepat untuk merevisi apa yang mereka kerjakan di hari-hari kerja mereka.
Dari beberapa sisi, cuti paksa ini mengasikkan. Tapi bagi mereka yang tidak biasa mengambil cuti dan memilih untuk bekerja, dan harus di paksa kehilangan reward atas waktu kerja mereka sungguh pengorbanan yang besar bagi para penggemar libur.